Industri semikonduktor dan industri sel surya di Indonesia, nampaknya mulai terwujud pada pertengahan dekade 2020-an ini dengan munculnya pabrik-pabrik industri panel surya baru di tanah air. Industri tersebut siap masuk menjadi salah satu negara penyedia rantai pasok modul sel surya dunia.
Itulah kesimpulan Diskusi Center for Technology & Innovation Studies (CTIS), Rabu, 30 Oktober 2024. Berbicara dalam diskusi yang mengambil topik “Internasional Collaboration on Semi-Conductor for Solar Cell and Technologies for Solar Energi” adalah Professor Michael Goutama, Co-CEO Indonesia Solar Energy Research Center (ISEREC). Bertindak sebagai moderator pada diskusi tersebut adalah Dr Unggul Priyanto, Ketua Komite Energi CTIS yang juga mantan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Professor Goutama memulai penjelasannya dengan menegaskan bahwa perkembangan energi hijau di Dunia dan di wilayah Asia Tenggara tumbuh pesat. Ditambah lagi, pada tahun 2022 lalu Singapura menyatakan ingin mengimpor listrik yang berasal dari energi baru & terbarukan (EBT), yang diproduksi di wilayah Kepulauan Riau.
Naskah kesepahaman telah ditanda tangani pada Maret 2023 lalu, disaksikan para Menteri dari Indonesia dan Singapura. Pada tahap awal, ditargetkan bahwa Indonesia akan memasok 1 Giga Watt listrik hasil energi surya ke Singapura.
“Ini merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk mengembangkan industri listrik tenaga surya secara “Hulu – Hilir”, atau “End to End”, sehingga bisa memposisikan diri sebagai salah satu negara pemilik rantai pasok Dunia di bidang energi surya,” katanya.