Peran museum dalam kehidupan dan perkembangan suatu bangsa sedemikian besar. Museum menjadi wadah yang mengumpulkan, mengungkap, dan menjaga fakta-fakta sejarah suatu bangsa untuk kemudian menjadi pembelajaran bagi perkembangan bangsa tersebut di masa yang akan datang.
George Orwell, penulis asal Inggris pernah berkata, The most effective way to destroy people is to deny and obliterate their own understanding of their history. “Cara paling efektif untuk menghancurkan orang adalah dengan menyangkal dan menghapuskan pemahaman mereka tentang sejarah mereka.”
Demikian disampaikan Prof. Ir. Indroyono Soesilo, MSC PhD dalam sarasehan bertajuk “Wanita, Museum, dan Interpretasi” yang digagas oleh Komunitas Jelajah yang diselenggarakan di Museum Soesilo Soedarman – Cilacap, Jawa Tengah pada Ahad, 28 Januari 2024.
Penggagas Museum Soesilo Soedarman itu menjelaskan bahwa museum bersejarah pertama di Cilacap ini menghimpun fakta dan peristiwa sejarah Indonesia medio dekade 1940-1990an, atau mulai dari masa pasca kemerdekaan hingga peristiwa sebelum reformasi.
“Dalam sejarahnya, tokoh-tokoh di dunia itu membangun museum di daerah asalnya. Itulah kenapa Museum Soesilo Soedarman ini kami bangun di Cilacap, di tanah kelahiran Soesilo Soedarman. Museum ini menjadi upaya kami untuk melestarikan sejarah kecil dari Bangsa Indonesia,” ujar Mantan Menko Kemaritman RI, 2014-2015 itu.
Dalam kaitannya terhadap perjuangan kaum wanita, Museum Soesilo Soedarman juga menghimpun banyak koleksi foto, artikel, dan memorabilia kiprah wanita-wanita hebat Indonesia. Salah satunya adalah sosok Megawati Soekarnotri yang struggle dalam menghadapi Orde Baru.
Acara Walk and Talk yang digagas Komunitas Jelajah ini dihadiri oleh para tokoh dan pegiat museum wanita se-Indonesia. Antara lain Apoli Purini (Direktur Museum Soesilo Soedarman), Musiana Yudhawasthi (Ketua Komunitas Jelajah), Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch PhD (Pembina Komunitas Jelajah), Lisa Ayodhia (Wanita Panutan), Sr. Marie Louise Nastiti (Museum Ursuli Santa Maria), Rina Zoet (Hako Mullia Abadi), Mahirta (Museum Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia), Yularti (Asosiasi Guru Sejarah Indonesia Jawa Tengah), Retna Dyah Radityawati (Museum RA Kartini Rembang), Arianata Vira Testiani (Museum Akademi Polisi RI), dan DS Nugraheni (Museum UGM).
Dalam sambutannya, Pembina Komunitas Jelajah, Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch PhD mengemukakan bahwa Cilacap sangat beruntung memiliki Museum Soesilo Soedarman. Museum ini menjadi wujud dedikasi, konsistensi, keuletan, dan kesabaran seorang Prof. Ir. Indroyono Soesilo, MSC PhD dalam mengumpulkan jejak sejarah Indonesia.
“Museum ini sangat bernilai. Dan saya sudah tahu dedikasi Prof. Ir. Indroyono Soesilo, MSC PhD ini sejak lama. Waktu itu di Morotai, Maluku Utara, kami mengumpulkan jejak sejarah dan membangun Museum Mc Arthur, karena kami tidak ingin kehilangan sejarah Indonesia yang ada disana. Kami ingin museum ini menjadi tempat yang dicintai semua orang,” kenang Prof Wiendu.
Pada acara tersebut, Pembina Komunitas Jelajah, Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch PhD memberikan kenang-kenangan kepada Pembina Museum Soesilo Soedarman, Prof. Ir. Indroyono Soesilo, MSC PhD berupa baju batik wanita dengan pola yang terinspirasi dari Kongres wanita Indonesia Pertama, 22 Desember 1928. Nantinya, baju tersebut akan dipajang dan menjadi koleksi di ruangan Widaningsri Soesilo, Museum Soesilo Soedarman.
Selesai acara sarasehan, para peserta dan tamu undangan kemudian bersama-sama santap siang. Setelahnya, hadirin juga dengan dipandu oleh Pembina Museum Soesilo Soedarman, Prof. Ir. Indroyono Soesilo, MSC PhD diajak berkeliling tour museum, melihat setiap koleksi Museum Soesilo Soedarman, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia.
Sumber:
https://museumsoesilosoedarman.com/museum-menjaga-sejarah-merawat-keutuhan-bangsa/